Tuesday, January 17, 2017

Thursday, March 12, 2015

Madinah Sejuk, Siapkan Jaket dan Kaos Kaki

Sejak sebelum berangkat, beberapa teman sudah mengingatkan agar membawa jaket, kaos kaki, bahkan syal. Mengingat cuaca kota Madinah yang sedang sejuk.

Terbukti memang, selama di Madinah, ketika shalat di Masjid Nabawi saya kerap memakai pakaian bertumpuk. Dua tumpuk kaos oblong (bukan singlet) panjang-pendek saya pakai sebagai daleman dari jubah dan sarung. Beberapa kali pula, saya butuh memakai sepasang kaos kaki.

Di hotel, hawa tetap terasa sejuk. Bisa dibilang, AC kamar hotel tak pernah nyala. Walau begitu, tetap saja tidur harus memakai jaket, syal dan kaos kaki.

Urusan cuaca ini pun ngaruh pada mandi. Sekali saja dalam sehari sudah cukup bagi saya. Untungnya, ada fasilitas air panas di kamar mandi.

Keluar hotel atau masjid waktu Zuhur amat menyenangkan. Sinar hangat mentari menjadi pengimbang hawa dingin yang menusuk.

"Berjemur sini dulu, Pak..." ujar salah seorang jamaah.

Hehehe...
Berjemur kok jam 11 pagi, Mbah...

Catatan Umroh 2015

Babat, 13 Maret 2015

Pilihan Lokasi Thawaf

0Masjidil Haram menyediakan sebanyak mungkin tempat untuk menampung minat jamaah melaksanakan thawaf. Semantara ini, sudah ada 3 (tiga) lokasi yang siap dipakai.

1. Lantai Dasar

Letaknya satu lantai dengan Ka'bah berada. Lokasinya yang berdekatan dengan Ka'bah menjadikan ibadah di sini paling banyak jadi pilihan.

Selain sebab sensasi ibadah yang berbeda, thawaf di sini pun kemungkinan membutuhkan waktu yang lebih pendek. Karena putarannya lebih kecil.

Namun, kalau sedang rame2nya, bisa membutuhkan waktu lebih lama. Anda harus berdesak2an atau terseruduk orang lain. Tapi, jangan kuatir, itulah nikmat dan sensasi yang tidak kita dapatkan kalau thawaf di lantai yang lain. Asalkan, kita mau bersabar dan menikmati setiap detik peristiwanya. Anggap saja, semua cobaan dan ujian dari Allah untuk hati kita.

Di lantai ini pula, Anda bisa memperoleh kesempatan mencium hajar aswad, mengusap rukun yamani, atau shalat di Maqam Ibrahim.

2. Lantai Satu

Ini lantai yang ada di atasnya lagi. Biasanya menjadi alternatif pilihan jamaah apabila lantai dasar sudah amat penuh. Seringkali lebih longgar dibanding lantai dasar.

Di lantai ini jamaah bisa terlindung dari sengatan panas matahari, Sebab ada atap dari lokasi putaran thawaf lantai dua.

3. Lantai Dua

Tepat di atas lantai satu. Lokasi ini paling longgar dibanding lokasi thawaf lainnya. Selain berada di tempat tertinggi (sementara), ia belum beratap. Sehingga panas lebih menyengat daripada di bawah.

Banyak jamaah memilih melaksanakan thawaf di sini untuk karena tidak mau berdesak2an atau terseruduk orang lain. Perjalanan thawaf di tempat ini biasanya lancar jaya....

--------

Sementara itu, selain tiga tempat yang sudah tersedia, pihak Kerajaan juga tengah membangun lokasi thawaf baru. Berada di atas lantai dua.

Lokasi lebih tinggi dan putaran lebih panjang. Dan bisa jadi akan memakan waktu yang lebih panjang pula.
Lebih melelahkan pula mungkin (tapi, kalau sudah niat di sini insya Allah semuanya terasa nikmat).

Wallahu A'lam....

***
Caption foto:
Tampak seorang jamaah sedang memandang Ka'bah dari lantai satu.

Guru Tua Bisa Berangkat Umroh

Ini cerita tentang salah satu jamaah umroh Mina Darussalam Travel. Seorang lelaki tua, Mbah sekitar umur 63 tahun.

Tak pernah terbersit dalam pikirannya bisa berangkat umroh. Begitu pula tetangga-tetangganya. Kaget setengah mati saat mendengar berita rencana keberangkatan beliau.

Maklum, si Mbah ini hanya kerja melulu sebagai seorang guru. Itu pun hanya guru madrasah diniyah. Tanpa sawah, tanpa toko, ataupun usaha lainnya.

Maklum, ia pendatang di daerahnya sekarang tinggal. Yang kemudian diangkat sebagai kiai di kampung itu. Jadi, tak banyak harta benda ataupun tanah yang dimiliki.

Hanya sebidang tanah dengan bangunan rumah seadanya. Gajinya sebagai kiai atau guru ngaji di kampung itu hanyalah 1 kilo beras per bulan/anak. Dengan jumlah santri sekitar 100 orang.

Lalu, apa rahasianya?
Itulah yang diceritakannya pada saya dengan penuh semangat dan haru menjelang tengah malam.

Menurut ceritanya,
Si Mbah hanya berusaha menjalankan sekuat mungkin pesan kiainya; Almaghfurlah KH Abdullah Faqih Langitan, tempatnya mondok. (Besok lagi saya ceritakan soal lain tentang pesan Sang Kiai).

Pesan Sang Kiai, apabila niat berangkat ke tanah suci, maka harus istiqomah menabung. Ada duit yang sudah diniatkan, masukkan ke dalam bumbung bambu (celengannya orang zaman dahulu--ed.). Berapa pun itu.

Dan, jika sudah begitu, jangan sekalipun mengambil uang tersebut sedarurat apapun keadaan yang dialami. Insya Allah akan bisa berangkat.

Maka, si Mbah pun melaksanakan dawuh Sang Kiai. Dalam perjalanan beberapa tahun itu, banyak sekali keadaan dan kondisi di mana ia amat membutuhkan uang celengannya. Namun, tekadnya untuk bisa berangkat ke Tanah Suci, membuatnya tetap bergeming.

Entah, rejeki dari mana yang pasti dia sudah bisa melunasi biaya umroh, setelah menjual 4 ekor dari 10 kambingnya. Bahkan, sebelum membongkar celengan tersebut.

Ketika dibongkar, celengannya berisi uang sekitar 2,7 juta (saya lupa angka persisnya). Lumayan, buat sangu, ujarnya...

___________

Cerita untuk Mina Darussalam Travel
7ED7A5A4
0856.4625.2020 (WA)

Pesawat Luar Negeri yang Mengais Rejeki di Negeri Ini?

Ini yang membuat saya mengernyitkan dahi sepanjang perjalanan pulang di pesawat.

Kok bisa, pesawat Malaysia kerjasama dengan Saudi Arabia membuka rute Surabaya - Madinah, dengan konsumen masyarakat Indonesia?

Kenapa bukan maskapai dari dalam negeri yang bekerja sama dengan pihak Saudi.

Sementara, di Saudi adalah larangan keras orang atau perusahaan luar negeri punya tanah atau bikin perusahaan di sana.

Kalaupun ada, semuanya atas nama orang pribumi. Atau tanah dan bangunan milik orang pribumi sana, sementara orang luar hanya berstatus sewa selama puluhan tahun.

Aturan ini persis dengan aturan yang berlaku di zaman Bung Karno. Adalah larangan haram orang luar punya izin usaha di dalam negeri, tanpa hak kepemilikan orang pribumi.

----------

*revisi: lebih tepatnya bukan "sepanjang perjalanan". Karena saya lebih banyak menghabiskan waktu di pesawat untuk tidur. Hihihi

Karakter Ibadah Madinah - Mekah yang Berbeda

Madinah dan Mekah (Masjid Nabawi dan Masjidil Haram) punya karakter suasana yang berbeda.

Madinah, dengan hawa sejuknya, menjadikan ibadah kita tenang. Akan jauh lebih mudah bagi kita meningkatkan nilai ruhaniah kita. Saking tenang nya masjid Nabawi, membaca Al-Quran di dalam masjid pun harus dengan nyaris tanpa suara.

Pernah saya membaca sambil berbisik, dengan suara lirih. Seorang arab di depanku menegur dan meminta menurunkan volume suara.

Entah karena suaranya yg cempreng kali. Hehehe... Tapi, ternyata tidak.
Hampir semua orang di masjid Nabi ini membaca Al-Quran dengan nyaris tak bersuara.

Jadi, bagi yang belum pernah merasakan nikmatnya shalat, leganya menangis ketika berhadapan dengan Allah, Anda perlu berlama-lama di Masjid Nabawi. Kalaupun tak bisa nangis, usahakan menangis. Atau minimal pura2 menangislah di hari-hari pertama.

Kenapa demikian?
Sebab, itu akan amat berpengaruh terhadap kualitas ibadah anda nanti saat di tanah haram, Makkah al Mukarromah. Di Baitullah, Masjidil Haram...

Di Masjidil Haram, suasana berkebalikan. Penuh berisik dan lalu lalang orang.
Variasi pilihan ibadah yg lebih banyak lah menjadi penyebabnya. Kebetulan, semuanya ibadah yang bersifat fisik dan pergerakan anggota tubuh.

Lihat saja, mulai ibadah thawaf, yang berlari kecil di tiga putaran pertama, dan berjalan di 4 putaran berikutnya. Pun, berikut baca doanya di tiap putaran. Yang kerap dibaca dg suara keras berjamaah, mengikuti bacaan pembimbing.

Ada pula, ibadah yang paling berisik dan ekstrim. Yakni mencium hajar aswad. Bisa2 keseruduk jatuh, kesikut, atau yang lainnya. Bagi yang kesulitan, juga disunnahkan melambaikan tangan sambil meneriakkan "Bismillah, Allahu Akbar".

Disusul lari2 kecil antara bukit shafa dan marwah, napak tilas perjalanan Sayyidah Hajar mencari air untuk Nabiyullah Ismail. 7 kali perjalanan, beserta doa2nya yang kerap pula dibaca keras2 dan berjamaah. Dipimpin pembimbingnya.

Semuanya adalah keramaian. Belum lagi bila harus rela dilangkahi orang saat shalat atau dilintasi di depannya begitu saja di tengah tasyahud.

Makanya, di Masjidil Haram rata2 orang baca Qurannya ya dengan suara keras. Keras saja, kadang gak terdengar kok.

Itulah kenapa shalat di Masjidil Haram nilainya 100 ribu (seratus ribu) lebih baik daripada masjid biasa. Selain karena keutamaan2 lain yang luar biasa, barangkali ya karena godaan utk bisa khusyuk shalat itu amat besar dibanding masjid lainnya.

Apalagi, jika sudah kena "godaan" kiai modern yang berpendapat bahwa shalat di hotel juga pahalanya sama dg di masjidil haram.

Apalagi juga; yg hotelnya tepat di depan Masjid Haram, semacam Darut Tauhid, Zamzam, Shafa, dan lain-lain yang dari jendela kamar saja sudah langsung tampak jamaah shalat menyemut di bawahnya.

~~~~~~

Mumpung belum sampai di sana, cobalah usahakan untuk bisa shalat khusyuk walaupun di masjid kampung kita. Berpura2 nangis atau sesenggukan ketika membaca doa2 dalam shalat.

Dengan demikian, jika anda berkesempatan shalat di kedua masjid itu, anda akan memperoleh keutamaan yang jauh lebih besar. Dengan ibadah yg lebih berkualitas.

Wallahu A'lam.…

Babat, 11 Maret 2015

Sunday, November 30, 2014

Umroh 26 Pebruari 2014, 12 Hari Hanya 24,5 juta

Kami dari mina darussalam menawarkan paket umroh hemat. Paket ekonomis dengan lama 12 hari. Yang istimewa, pesawat berangkat langsung dari Surabaya ke Madinah. Tak pakai transit2an. Tak pula transit ke Jakarta.

Biaya amat murah.
Hanya sebesar 24.5juta.
Anda sudah mendapatkan pelayanan umroh dengan kualitas mumpuni.

Harga all in.
Belum termasuk biaya paspor dan suntik meningitis. Juga pengeluaran pribadi di tanah suci. Seperti laundry, telepon, sewa kursi roda, dkk yang bersifat personal.

Gratis perjalanan ziarah dan wisata ke beberapa tempat bersejarah

Info dan pendaftaran
Khaled
0856 4625 2020 (WA)
0852 1871 5073
7ED7A5A4