Ini yang membuat saya mengernyitkan dahi sepanjang perjalanan pulang di pesawat.
Kok bisa, pesawat Malaysia kerjasama dengan Saudi Arabia membuka rute Surabaya - Madinah, dengan konsumen masyarakat Indonesia?
Kenapa bukan maskapai dari dalam negeri yang bekerja sama dengan pihak Saudi.
Sementara, di Saudi adalah larangan keras orang atau perusahaan luar negeri punya tanah atau bikin perusahaan di sana.
Kalaupun ada, semuanya atas nama orang pribumi. Atau tanah dan bangunan milik orang pribumi sana, sementara orang luar hanya berstatus sewa selama puluhan tahun.
Aturan ini persis dengan aturan yang berlaku di zaman Bung Karno. Adalah larangan haram orang luar punya izin usaha di dalam negeri, tanpa hak kepemilikan orang pribumi.
----------
*revisi: lebih tepatnya bukan "sepanjang perjalanan". Karena saya lebih banyak menghabiskan waktu di pesawat untuk tidur. Hihihi
No comments:
Post a Comment