Madinah dan Mekah (Masjid Nabawi dan Masjidil Haram) punya karakter suasana yang berbeda.
Madinah, dengan hawa sejuknya, menjadikan ibadah kita tenang. Akan jauh lebih mudah bagi kita meningkatkan nilai ruhaniah kita. Saking tenang nya masjid Nabawi, membaca Al-Quran di dalam masjid pun harus dengan nyaris tanpa suara.
Pernah saya membaca sambil berbisik, dengan suara lirih. Seorang arab di depanku menegur dan meminta menurunkan volume suara.
Entah karena suaranya yg cempreng kali. Hehehe... Tapi, ternyata tidak.
Hampir semua orang di masjid Nabi ini membaca Al-Quran dengan nyaris tak bersuara.
Jadi, bagi yang belum pernah merasakan nikmatnya shalat, leganya menangis ketika berhadapan dengan Allah, Anda perlu berlama-lama di Masjid Nabawi. Kalaupun tak bisa nangis, usahakan menangis. Atau minimal pura2 menangislah di hari-hari pertama.
Kenapa demikian?
Sebab, itu akan amat berpengaruh terhadap kualitas ibadah anda nanti saat di tanah haram, Makkah al Mukarromah. Di Baitullah, Masjidil Haram...
Di Masjidil Haram, suasana berkebalikan. Penuh berisik dan lalu lalang orang.
Variasi pilihan ibadah yg lebih banyak lah menjadi penyebabnya. Kebetulan, semuanya ibadah yang bersifat fisik dan pergerakan anggota tubuh.
Lihat saja, mulai ibadah thawaf, yang berlari kecil di tiga putaran pertama, dan berjalan di 4 putaran berikutnya. Pun, berikut baca doanya di tiap putaran. Yang kerap dibaca dg suara keras berjamaah, mengikuti bacaan pembimbing.
Ada pula, ibadah yang paling berisik dan ekstrim. Yakni mencium hajar aswad. Bisa2 keseruduk jatuh, kesikut, atau yang lainnya. Bagi yang kesulitan, juga disunnahkan melambaikan tangan sambil meneriakkan "Bismillah, Allahu Akbar".
Disusul lari2 kecil antara bukit shafa dan marwah, napak tilas perjalanan Sayyidah Hajar mencari air untuk Nabiyullah Ismail. 7 kali perjalanan, beserta doa2nya yang kerap pula dibaca keras2 dan berjamaah. Dipimpin pembimbingnya.
Semuanya adalah keramaian. Belum lagi bila harus rela dilangkahi orang saat shalat atau dilintasi di depannya begitu saja di tengah tasyahud.
Makanya, di Masjidil Haram rata2 orang baca Qurannya ya dengan suara keras. Keras saja, kadang gak terdengar kok.
Itulah kenapa shalat di Masjidil Haram nilainya 100 ribu (seratus ribu) lebih baik daripada masjid biasa. Selain karena keutamaan2 lain yang luar biasa, barangkali ya karena godaan utk bisa khusyuk shalat itu amat besar dibanding masjid lainnya.
Apalagi, jika sudah kena "godaan" kiai modern yang berpendapat bahwa shalat di hotel juga pahalanya sama dg di masjidil haram.
Apalagi juga; yg hotelnya tepat di depan Masjid Haram, semacam Darut Tauhid, Zamzam, Shafa, dan lain-lain yang dari jendela kamar saja sudah langsung tampak jamaah shalat menyemut di bawahnya.
~~~~~~
Mumpung belum sampai di sana, cobalah usahakan untuk bisa shalat khusyuk walaupun di masjid kampung kita. Berpura2 nangis atau sesenggukan ketika membaca doa2 dalam shalat.
Dengan demikian, jika anda berkesempatan shalat di kedua masjid itu, anda akan memperoleh keutamaan yang jauh lebih besar. Dengan ibadah yg lebih berkualitas.
Wallahu A'lam.…
Babat, 11 Maret 2015